Teori – Teori Kepemimpinan
Teori – teori kepemimpinan pada umumnya berusaha menerangkan faktor- faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat ( nature ) dari kepemimpian mengikuti pelbagai macam pendapat tentang teori – teori kepemimpinan yang diajukan sementara, dapat disimpulkan beberapa teori yang penting seperti dibawah ini :
Teori Serba Sifat ( Trais theory )
Teori ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat – sifat, ciri – ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap situasi. Seseorang pemimpin akan berhasil apabila ia memiliki sifat – sifat, ciri – ciri atau perangai tersebut. Berdasarkan asumsi ini maka lalu diusahakan pemerincian sifat – sifat tertentu itu, lalu diperbandingkan dengan sifat – sifat dari para pemimpinyang ada, untuk kmudian dirumuskan sifat – sifat umum dari pemimpin. Sifat – sifat tersebut dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan kepemimpinan.
Teori ini mempunyai kelemahan – kelemahan antara lain :
Diantara pendukung – pendukungny tidak ada penyesuaian atau kesamaan mengenai perincian sifat – sifat dimaksud
Terlalu sulit untuk menetapkan sifat – sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
Sejarah membuktikan bahwa situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat – sifat pemimpin yang tertentu pula
Teori Lingkungan ( Enviromental theory )
Teori ini dikemukakan bahwa teori lingkungan ini mengkonstatir bahwa munculnya pemimpin – pemimpin itu merupakan hasil daripada waktu, tempat dan keadaan atau situasi dan kondisi. Suatu tantangan atau suatu kejadian penting dan luar biasa akan menampilkan seseorang untuk menjadi pemimpin. Jelaslah bahwa situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan – tantangan tertentu, dan dengan sendirinya diperlukan orang – orang yang memiliki sfat – sifat atau ciri – ciri tertentu yang cocok. Dengan perkataan lain, setiap situasi dan kondisi menuntut kualitas kepemimpinan yang berbeda. Seorang pemimpin yang berhasil pada situasi dan kondisi tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil pada situas dan kondisi yang lain.
Ternyata daftar sifat – sifat yang telah dihasilkan oleh teori serba sifat juga tidak menjamin keberhasilan sorang pemimpin. Teori lingkungan ini karena memperhitungkan faktor situasi dan kondisi juga disebut teori serba situasi. Kebangkitan dan kejatuhan seorang pemimpin dikarenakan oleh situasi dan kondisi apabila seseorang “menguasai” situasi dan kondisi maka ia akan menjadi pemimpin.
Teori pribadi dan Situasi ( Personal-Situasional theory )
Penganut teori serba sifat dan teori serba situasi hanya berusaha menjelaskan kepemimpinan sebgai akibat dari seperangkat kekuatan tunggal. Adanya akibat – akibat interaktif antara faktor pribadi ( individu ) dan faktor situasi diabaikan. Untuk memperbaiki kedua teori tadi munculah teori prbadi-situasi. Teori ini pada dasarnya mengakui bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terkaitnya tiga faktor yaitu :
Perangai ( sifat ) pribadi dari pemimpin
Sifat dari kelompok dan anggota – anggotanya
Kejadian – kejadian ( masalah – masalah ) yang dihadapi oleh kelompok orang.
Teori Interaksi dan Harapan ( Interaction – Expectation theory )
Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan pertisipasi dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai/menyenangi satu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma – norma kelompok, semakin mendekati kesesuaian kegiatan dengan norma – norma, semakin luas jangkauan interaksina dan semakin besar jumlah anggota kelompok yang tergerak. Yang penting harus dijaga agar aksi – aksi pemimpin tidak mengecewakan harapan – harapan.
Teori Humanistik ( Humanstic Theory )
Menurut teori ini perlu dilakukan motivasi pada pengikut, dengan memenuhi harapan – harapan mereka dan memuaskan kebutuhan – kebutuhan mereka. Beberapa kebutuhan sudah disebutkan didepan, antara lain fisiologis, keamanan sosial, prestige dan sebagainya. Oleh karena melakukan motivasi berarti juga melakukan human relation ( hubungan antar manusia ) maka teori ini dinamakan juga sebagai teori hubungan antar manusia, yang dimaksudnya mengusahakan keseimbangan antara kebutuhan/kepentingan perseorangan dan kebutuhan/kepentingan umum organisasi.
Teori Tukar Menukar ( Exchange Theory )
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar-menukar dalam mana anggota – anggota kelompok memberikan kontribusi dengan pengorbanan – pengorbanan mereka sendiri dan menerima imbalan dengan pengorbanan – pengorbanan kelompok atau anggota – anggota lain. Interaksi berlangsung terus, oleh karena anggota – anggota merasakan tukar-menukar secara sosial ini saling memberikan penghargaan. Demikian pula antara pemimpin dan yang dipimpin, antara anggota – anggota yang dipimpin satu sama lain harus berlangsung tukar-menukar keuntungan dan keenakan, harus saling memberi dan menerima. Dengan jalan demikian maka akan selalu terjadi gerak, yaitu gerak dari pengikut – pengikut yang digerakan oleh pemimpin. Hal ini dapat terjadi karena saling menguntungkan. Jadi dalam teori ini ditekankan adanya “give and take” antara pemimpin dan yang dipimpin, oleh karenanya teori ini disebut juga teori beri-memberi atau dapat juga disebut saling memberi dan menerima.
No comments:
Post a Comment