Implementasi kebijakan menurut Edward III dipengaruhi oleh komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Pandangan Edward III ini mengindikasikan bahwa keberhasilan implementasi sangat dipengaruhi oleh bagaimana para implementor terlebih dahulu harus memahami apa konteks kebijakan sehingga memudahkan dalam menerapkan isi kebijakan tersebut kepada kelompok sasaran.
Pandangan Edward III berbeda dengan model implementasi Grindle yang lebih menekankan bahwa keberhasilan implementasi sangat dipengaruhi oleh isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan kebijakan (content of implementation). Bahwa isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan kebijakan (content of implementation) akan menjadikan dampak dan perubahan pada kelompok masyarakat sehingga model Grindle lebih menekankan pada pentingnya aktor dalam menyusun isi kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sasaran sehingga dampak yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Model Mazamanian dan Sabatier memberikan tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan yakni karateristik dari masalah (tractability of the problems), karateristik kebijakan / undang-undang (ability of statute to structure implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation). Model Mazmanian dan Sabatier sangat menekankan pentingnya karateristik kebijakan sebagai masalah yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan kebijakan.
Dalam beberapa kasus kebijakan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tempat dimana kebijakan diimplementasikan sehingga perlu memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat dimana kebijakan itu dibuat dan akan diimplementasikan.
Model Van Meter dan Van Horn memberikan enam variabel dalam implementasi kebijakan antara lain standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karateristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik, serta disposisi implementor. Bahwa dalam mengimplementasikan kebijakan posisi implementor sangat berperan penting dimana hubungan antar organisasi, sumber daya dan disposisi implementor harus benar-benar terwujud dengan baik, karena akan berpengaruh kepada kinerja kebijakan. Sebab jika implementor tidak memiliki disposisi yang baik maka kinerja kebijakan pun akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik pula, model ini kebijakan ini hampir sama dengan model Edward III yang juga menekankan pentingnya disposisi implementor.
Cheema dan Rondinelli memberikan empat variabel yang dapat mempengaruhi kinerja dan dampak suatu program antara lain kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, sumberdaya organisasi untuk implementasi program, serta karakteristik dan kemampuan agen pelaksana. Model kebijakan menekankan pada kondisi lingkungan mendukung kinerja dari organisasi.
Bahwa kondisi lingkungan akan mendorong organisasi memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan kinerja dan dampak implementasi sesuai dengan apa yang menjadi isi kebijakan.
Sedangkan Soren C. Winter menyebutkan bahwa implementasi akan berjalan baik jika didukung oleh formulasi dari kebijakan, proses terhadap kebijakan itu serta dampak yang timbul atas kebijakan yang diimplementasikan. Tentunya dalam proses implementasi kebijakan didukung dengan perilaku hubungan antar organisasi yang terkait dengan kebijakan, perilaku aparat tingkat bawah dalam melaksanakan isi kebijakan serta perilaku dari kelompok sasaran.
Saturday, July 30, 2011
Implementasi Kebijakan
Menurut Dunn (2003) bahwa kebijakan dapat dinilai baik atau tidaknya tentunya dilihat dari proses sebuah kebijakan, implementasi kebijakan dan hasil evalusi kebijakan, implementasi kebijakan berarti pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan kebijakan sampai dicapainya hasil kebijakan, implementasi kebijakan pada dasarnya merupakan aktivitas praktis yang dibedakan dari formulasi kebijakan dan pada dasarnya bersipat teoritis.
Tahap implementasi merupakan tahap yang penting dan kritis yang memerlukan kerjasama segenap pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan suatu kebijakan. Sebelum suatu program dilaksanakan, dilakukan persiapan yang matang dalam segala hal yang menyangkut program, misalnya organisasi, tenaga kerja termasuk kualifikasi orang-orang yang terlibat didalamnya.
Dalam siklus pengelolaan program, setelah langkah persiapan dan persetujuan pihak yang berwenang, akan tiba pada tahap implementasi yang merupakan operasionalisasi keputusan-keputusan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Namun perlu diingat bahwa terdapat faktor-faktor penyebab kegagalan implementasi sebagai berikut :
1.Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena; (1) samar-samarnya isi kebijakan (tujuan-tujuan tidak dapat terinci), sarana dan penentuan prioritas, program kebijakan yang terlalu umum atau sama sekali tidak ada, (2) kurangnya ketetapan intern dan ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan, (3) kadang-kadang perundang-undangan mempunyai begitu banyak lubang, sehingga tanpa banyak kesulitan obyek-obyek kebijakan dapat mengelaknnya, hal mana dapat mematahkan semangat para pelaksana, (4) kurang sumber-sumber pembantu (waktu, uang dan tenaga manusia).
2.Informasi
Kurangnya informasi dari para faktor terhadap ojek kebijakan dan struktur komunikasi yang serba kurang antara organisasi pelaksana dan obyek dukungan.
3.Dukungan
Pelaksana suatu kebijakan akan dipersulit jika pelaksana tidak cukup dukungan untuk suatu kebijakan. Juga kurang kesediaan obyek-obyek kebijakan untuk kerja sama pada pelaksana, serta obyek-obyek kebijakan “terikat” kepada kegiatan-kegiatan tertentu oleh kewajiban-kewajiban sesuai dengan undang-undang, kepatuhan dari obyek-obyek kebijakan sedikit, jika peraturan-peraturan ini bertentangan dengan pendapat yang dianut oleh obyek-obyekkebijakan, atau keputusan mereka.
4.Pembagian potensi
Gagalnya suatu kebijakan dapat pula disebabkan karena adanya pembagian potensi diantara aktor-aktor yang terlibat didalamnya dan adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang tidak disertai dengan pembatasan-pembatasan yang jelas, serta adanya desentralisasi dalam pelaksanaan.
Nugroho (2003) mengutamakakan dua pilihan langkah dalam implementasi kebijakan yaitu :
1.Langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program
2.Melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi implementasi itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai hasil akhir kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.
Sebab fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan negara disebut sistem penyampaian kebijakan negara yang biasanya terdiri dari cara-cara atau sasaran-sasaran tertentu yang dirancang secara khusus serta diarahkan menuju terciptanya tujuan-tujuan dan sasaran yang dikehendaki.
Berdasarkan pendapat di atas, nampak bahwa implementasi kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target group, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Tahap implementasi merupakan tahap yang penting dan kritis yang memerlukan kerjasama segenap pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan suatu kebijakan. Sebelum suatu program dilaksanakan, dilakukan persiapan yang matang dalam segala hal yang menyangkut program, misalnya organisasi, tenaga kerja termasuk kualifikasi orang-orang yang terlibat didalamnya.
Dalam siklus pengelolaan program, setelah langkah persiapan dan persetujuan pihak yang berwenang, akan tiba pada tahap implementasi yang merupakan operasionalisasi keputusan-keputusan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Namun perlu diingat bahwa terdapat faktor-faktor penyebab kegagalan implementasi sebagai berikut :
1.Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena; (1) samar-samarnya isi kebijakan (tujuan-tujuan tidak dapat terinci), sarana dan penentuan prioritas, program kebijakan yang terlalu umum atau sama sekali tidak ada, (2) kurangnya ketetapan intern dan ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan, (3) kadang-kadang perundang-undangan mempunyai begitu banyak lubang, sehingga tanpa banyak kesulitan obyek-obyek kebijakan dapat mengelaknnya, hal mana dapat mematahkan semangat para pelaksana, (4) kurang sumber-sumber pembantu (waktu, uang dan tenaga manusia).
2.Informasi
Kurangnya informasi dari para faktor terhadap ojek kebijakan dan struktur komunikasi yang serba kurang antara organisasi pelaksana dan obyek dukungan.
3.Dukungan
Pelaksana suatu kebijakan akan dipersulit jika pelaksana tidak cukup dukungan untuk suatu kebijakan. Juga kurang kesediaan obyek-obyek kebijakan untuk kerja sama pada pelaksana, serta obyek-obyek kebijakan “terikat” kepada kegiatan-kegiatan tertentu oleh kewajiban-kewajiban sesuai dengan undang-undang, kepatuhan dari obyek-obyek kebijakan sedikit, jika peraturan-peraturan ini bertentangan dengan pendapat yang dianut oleh obyek-obyekkebijakan, atau keputusan mereka.
4.Pembagian potensi
Gagalnya suatu kebijakan dapat pula disebabkan karena adanya pembagian potensi diantara aktor-aktor yang terlibat didalamnya dan adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang tidak disertai dengan pembatasan-pembatasan yang jelas, serta adanya desentralisasi dalam pelaksanaan.
Nugroho (2003) mengutamakakan dua pilihan langkah dalam implementasi kebijakan yaitu :
1.Langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program
2.Melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi implementasi itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai hasil akhir kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.
Sebab fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan negara disebut sistem penyampaian kebijakan negara yang biasanya terdiri dari cara-cara atau sasaran-sasaran tertentu yang dirancang secara khusus serta diarahkan menuju terciptanya tujuan-tujuan dan sasaran yang dikehendaki.
Berdasarkan pendapat di atas, nampak bahwa implementasi kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau perilaku badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target group, namun lebih dari itu juga berlanjut dengan jaringan kekuatan politik sosial ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya terdapat dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Lagu Kei "WATAT"
NEN NEN O DEN BE O, NEN NEN O DEN BE O TANAT NA HU DANG BO NA EN SAR O NEN O MATAM DAN BE O, NEN O MATAM DAN BE O UM VAL WAHAM DO FO MLI...
-
RENANG E E E E YAMANG IMRU AM HER VER DUAD BATANG IMRU TAHA LAUK AVA SASAIAN NTAL IM MITUB NUTUN LERAN RENANG E E E E YA...
-
DID SOSO ADAT ... I SOSOI TETEN LLALIN HIR ADIR VE ITO ENAN LI NTAL MAS TE SEENG KU BANGE BATANG FO NMAM WAHIDO TAHA NSAK EN RATE FO...
-
NEN NEN O DEN BE O, NEN NEN O DEN BE O TANAT NA HU DANG BO NA EN SAR O NEN O MATAM DAN BE O, NEN O MATAM DAN BE O UM VAL WAHAM DO FO MLI...